BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
BAB I
PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI
1.
Komunikasi Adalah
Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok
manusia, seperti di katakan sussanne K. Langer, adalah kebutuhan kebutuhan simbolisasi
atau penggunaan lambang. dan itulah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya dengan keistimewaan mereka sebagai
animal symbolicum.[1]
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk
menunjuk suatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang
meliputi kata – kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek maknanya di
sepakati bersama, misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan
kehormatan atau kecintaan terhadap Negara kemampuan manusia menggunakan lambang
verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia
dan objek baik nyata maupun abstrak)
tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.[2]
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara
tanda dengan objek dapat di presentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan
kesepakatan.
Ikon adalah
suatu benda fisik yang menyerupai yang direpresentasikannya. Representasi ini
ditandai dengan kemiripan. Misalnya, patung soekarno adalah
ikon soekarno dan Foto anda di KTP adalah ikon anda. Indek adalah
suatu tanda yang secara alamiah merepresntasikan objek lainnya. Istilah lain
yang sering digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa
sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indek muncul berdasarkan hubungan antara
sebab akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan
gelap indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap adalah indeks api.
Lambang memiliki beberapa sikaf seperti berikut :
v Lambang bersifat sembarang, manasuka atau wewenang – wenang
Apasaja bisa dijadikan lambang,
bergantung pada kesepakatan bersama. Alam tidak memberikan penjelasan kepada
kita mengapa manusia menggunakan
lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu baik yang konkret
atau pun yang abstrak.
v Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna : kitalah yang memberi makna
pada lambang.
Makna sebenarnya ada dalam kepala
kita, bukan terletak pada lamban itu sendiri. Persolan akan timbul bila para
peserta komunikasi tidak member makna yang sama pada suatu kata. Dengan kata lain,
tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan referent (objek yang
ditujunya).
v Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari suatu
budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu konteks
waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga lambang yang kita berikan pada lambang
tersebut. Makna yang di berikan kepada sesuatu lambang boleh jadi berubah dalam
perjalanan waktu, meskipun berubahan makna itu berjalan lambat. Misalnya,
panggilan Bung yang pada zaman revolusi lazim di gunakan dan berkonotasi
positif karena menunjukan kesederajatan kini tidak pouler lagi, kecuali di
gunakan oleh penyaji acara olah raga ketika berbicaranya dengan nara sumbernya
di studio TV.
2.
Setiap Perilaku Mempunyai Potensi
Komunikasi
Kita
tidakdapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa
semua perilaku adalah komunikasi. Komuniikasi terjadi bila seseorang memberikan
makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Contohnya anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk
ditafsirkan. Kalau ia tersenyum dia bisa di tafsirkan bahagia, kalau ia cemberut ia di tafsirkan ngambek.
3.
Komunikasi Punya Dimensi Isi Dan Dimensi
Hubungan
Dimensi isi
disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi
secara nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaraktkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat ‘aku benci kamu’ yang di ucapkan nada menggoda mungkin sekali jutru berarti sebaliknya.
secara nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaraktkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat ‘aku benci kamu’ yang di ucapkan nada menggoda mungkin sekali jutru berarti sebaliknya.
Tidak semua
orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda bila disampaikan
dengan cara berbeda. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan
sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur -unsur lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda.
Pengaruh pesannya juga akan berbeda bila di sajikan dengan media yang
berbeda. Cerita yang penuh dengan kekerasan dan sensualitas yangdisajikan
Televisi boleh jadi menimbulkan pengaruh lebih hebat, misalnya dalam bentuk
peniruan oleh anak anak atau remaja, bila di bandingkan dengan penyajian cerita
yang sama lewat majalah atau radio, karena televisi memilikisifat audio Visual,
sedangkan majalah mempunyai sifat visual saja, dan radio mempunyai sifat audio
saja.
4.
Komunikasi Berlangsungdalam
Berbagai Tingkat Kesengajaan.
Komunikasi
dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari
komunikasi yang
tidak sengaja sama sekali (missal ketika anda melamun sementara orang
memperhatikan anda) hingga komunikasi yang benar-benar direnacanakan dan
disadari (ketika anda menyampaikan suatu pidato). Kesengajaan bukanlah syarat
untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud
menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial untuk ditafsirkan
atau tidak menafsirkan perilaku kita. Dalam berkomunikasi., kesadaran kita lebih
tinggi dalam situasi khusus alih-alih dalam situasi rutin. Misalnya ketika anda di
uji secara oleh dosen anda atau ketika anda berdialog dengan orang asing yang
berbahasa inggris di bandingkan ketika anda bersendagurau dengan keluarga anda.
tidak sengaja sama sekali (missal ketika anda melamun sementara orang
memperhatikan anda) hingga komunikasi yang benar-benar direnacanakan dan
disadari (ketika anda menyampaikan suatu pidato). Kesengajaan bukanlah syarat
untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud
menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial untuk ditafsirkan
atau tidak menafsirkan perilaku kita. Dalam berkomunikasi., kesadaran kita lebih
tinggi dalam situasi khusus alih-alih dalam situasi rutin. Misalnya ketika anda di
uji secara oleh dosen anda atau ketika anda berdialog dengan orang asing yang
berbahasa inggris di bandingkan ketika anda bersendagurau dengan keluarga anda.
Dalam komunikasi
sehari-hari terkadang kita mengucapkan pesan verbal yang
tidak kita sengaja. Namun lebih banyak pesan nonverbal yang kita tunjukan tanpa
kita sengaja. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung. Terlepas
dari apakah anda menyengaja perilaku tersebut atau tidak. Kadang-kadang
komunikasi yang disengaja dibuat tampak tidak sengaka. Jadi, niat kesengajaan
bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi
antara orang-orang berbeda budaya ketidak sengajaan berkomunikasi ini lebih
relevan lagi untuk kita perhatikan.
tidak kita sengaja. Namun lebih banyak pesan nonverbal yang kita tunjukan tanpa
kita sengaja. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung. Terlepas
dari apakah anda menyengaja perilaku tersebut atau tidak. Kadang-kadang
komunikasi yang disengaja dibuat tampak tidak sengaka. Jadi, niat kesengajaan
bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi
antara orang-orang berbeda budaya ketidak sengajaan berkomunikasi ini lebih
relevan lagi untuk kita perhatikan.
5.
Komunikasi Terjadi Dalam Konteks
Ruang Dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu,
sosial, dan
psikologis.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan, misalnya
orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain,
sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang berkomunikasi,
misalnya dua orang yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak
ada orang, namun dengan adanya orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair.
Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelak mempengaruhi suasana
komunikasi.
psikologis.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan, misalnya
orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain,
sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang berkomunikasi,
misalnya dua orang yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak
ada orang, namun dengan adanya orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair.
Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelak mempengaruhi suasana
komunikasi.
6.
Komunikasi Melihat Prediksi
Peserta Komunikasi
Ketika orang – orang
berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata
lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tata krama. Artinya orang-orang
memiliki strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan
meresponnya.
Prinsip ini mengansumsikan bahwa
hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku manusia, minimal secara
persial dapat di ramalkan.
BAB III
PENUTUP
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Komuniklasi mempunyai beberapa prinsip – prinsip yangg
penting yang harus
diperhatikan oleh seorang komunikan, dan prinsip – prinsip ini mempunyai peran
penting untuk seseorang yang melakukan komunikasi baik secara individu
maupun dengan orang lain.
diperhatikan oleh seorang komunikan, dan prinsip – prinsip ini mempunyai peran
penting untuk seseorang yang melakukan komunikasi baik secara individu
maupun dengan orang lain.
Prinsip – prinsip komunikasi terbagi atas 12 prinsip,
tapi dalam makalah ini
kami hanya mengambil 6 prinsip saja, diantara prinsip – prinsip tersebut yaitu
kami hanya mengambil 6 prinsip saja, diantara prinsip – prinsip tersebut yaitu
Ø Komunikasi adalah proses simbolik
Ø Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Ø Komunikasi punya di mensi isi dan di mensi hubungan
Ø Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan,
Ø Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Ø Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Maka dari itu
prinsip – prinsip ini, memegang peranan penting dalam seseorang akan melakukan
komunikasi dengan baik, seorang komunikan harus berprinsif seperti prinsif yang
di atas.
b.
Saran
Semoga dengan makalah yang kami susun dengan kerja sama
ini, dapat menuai
hasil yang baik untuk kami maupun pembaca sekalian, apalagi kita sebagai
mahasiswa komunikasi itu sendiri, dan saran kami semoga teman – teman
sekalian bisa menjadi seorang komunikan yang baik dengan memperhatikan
prinsip – prinsip seorang komunikan.
hasil yang baik untuk kami maupun pembaca sekalian, apalagi kita sebagai
mahasiswa komunikasi itu sendiri, dan saran kami semoga teman – teman
sekalian bisa menjadi seorang komunikan yang baik dengan memperhatikan
prinsip – prinsip seorang komunikan.
saya mohon maaf jika penyusunan makalah ini masih kurang
penyajiannya,
karena manusia tidak ada yang sempurna,kesempurnaan hanya milik Allah
semata.
karena manusia tidak ada yang sempurna,kesempurnaan hanya milik Allah
semata.
terimakasih.. isinya sangat membantu tugas kuliah saya :)
BalasHapus