PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA – NEGARA ISLAM
PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN
PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA – NEGARA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Umat Islam
mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan Besar berkuasa, yakni
kerajaan Turki Usmani, Safawi dan Mughal (India).Namun,
seperti pada masa kekuasaan Islam terdahulu, lambat laun kekuatan Islam
menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut, bangsa Barat mulai
menunjukkan usaha kebangkitannya.
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada khazanah ilmu pengetahuan dan metode
berpikir yang dikembangkan umat Islam yakni rasional. Di antara jalur masuknya
ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yang terpenting adalah Spanyol. Ketika Spanyol
Islam mengalami kejayaan, banyak orang-orang Eropa yang datang untuk belajar ke
sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini dimulai
sejak abad ke-12.
Gerakan renaisans bangsa Eropa melahirkan perubahan-perubahan besar. Abad
ke-16 dan ke-17 merupakan abad yang paling penting bagi kebangkitan Eropa,
sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia Islam mulai mengalami
kemunduran. Banyak penemuan-penemuan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan
kehidupan yang diperoleh orang-orang Eropa. Perkembangan itu semakin cepat
setelah ditemukan mesin uap, yang kemudian melahirkan revolusi industri di
Eropa. Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Sehingga,
dengan kekuatan baru yang mereka miliki, Eropa menjadi penguasa lautan dan
bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan ke seluruh dunia,
tanpa mendapat hambatan berarti dari lawan-lawan mereka yang masih menggunakan
persenjataan sederhana dan tradisional.
Dalam pada itu, kemorosotan dunia Islam tidak terbatas pada bidang ilmu
pengetahuan dan kebudayaan saja, melainkan mereka juga ketinggalan dari Eropa
dalam industri perang, padahal keunggulan Turki Usmani di bidang ini pada
masa-masa sebelumnya telah diakui oleh seluruh dunia.
Dengan organisasi dan persenjataan modern, pasukan perang Eropa mampu
melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan Islam.
Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu demi satu negara Islam. Perancis
menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris sembilan tahun
kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881, Mesir pada tahun 1882, Sudan
pada 1889.
Sementara itu, wilayah Islam di Asia Tengah juga tak luput dari penjajahan
Barat. Umat Islam di Asia Tengah menjadi sasaran pendudukan Uni Soviet. Tulisan
ini mencoba memaparkan keadaan dunia Islam pada masa penjajahan Barat.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas kami rumuskan item masalah yang akan dibahas pada
penulisan makalah ini, yaitu :
- Renaisans di Eropa
- Penajajahan Barat atas Dunia Islam di Anak Benua India dan Asia Tenggara
- Kemunduran kerajaan Usmani dan ekspansi Barat ke timur tengah
- Bangkitnya Nasionalisme dalam dunia Islam
- Kemerdekaan Negara-Negara Islam dari penjajah
BAB II
PEMBAHASAN
PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM
DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA – NEGARA
ISLAM
RENAISANS DI EROPA
Eropa
menghadapi tantangan yang sangat berat. Terutama kerajaan usmani yang perpusat
di Turki. Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam, berusaha
menaklukkan lautan, dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi oleh
kegelapan. Setelah christoper colombus menemukan benua amerika (1492 M) dan
vasco da gama menemukan jalan ke timur melalui tanjung harapan (1498 M), benua
amerika dan kepulauan hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan eropa.
Eropa
menjadi maju dalam dunia perdagangan. L. stoddard menggambarkan, dengan sekejap
mata dinding laut itu berubah menjadi jalan raya dan eropa yang semula terpojok
segera menjadi yang dipertuankan di laut dan dengan demikian, yang dipertuan di
dunia. Perekonomian bangasa – bangsa eropa pun semakin maju karena daerah –
daerah baru terbuka baginya.
Tak
lama stelah itu, mulailah kemajuan barat melampaui kemajuan islam yang sejak
lama mengalami kemunduran. Kemajuan barat itu dipercepat oleh penemuan dan perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan. Penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan
revolusi industri di eropa semakin memantapkan kemajuan mereka. Teknologi
perkepalan dan militer berkembang dengan pesat.
Eropa
menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdangan ke
seluruh dunia. Negeri – negeri islam yang pertama kali jatuh ke bawah kekuatan
eropa adalah negeri – negeri yang jauh dari pusat kekuasaan kerajaan usmani,
Negeri – negeri islam yang pertama dapat dikuasai barat itu adalah negeri –
negeri islam di asia tenggara dan di anak benua india. Sementara, negeri –
negeri islam di timur tengah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan usmani,
baru diduduki eropa pada masa berikutnya.
PENJAJAHAN
BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM DI ANAK BENUA INDIA DAN ASIA TENGGARA
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah
sama, tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap
dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa
terkemuka, Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai
kerajaan Mughal India. Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang
Inggris telah memantapkan diri di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818,
dengan perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke
seluruh India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.
Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan
hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena
itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh
Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir
adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah
dicapai dari Perancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk
mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh.
Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte
meninggalkan Mesir karena situasi politik yang terjadi di negara tersebut. Ia
kemudian menunjuk jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir.
Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah
dan meninggalkan Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan
kekuasaan.
Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat ditaklukkan kembali oleh Inggris.
Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat ditaklukkan kembali oleh Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran
kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik.
kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan
baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri
tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut,
kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali
terlibat dalam proses politik penjajahan barat atas negeri-negeri muslim.
Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang barat, terutama Portugis
dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad
berada di bawah kekuasaan Islam.
India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama.
India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha
menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa
setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun,
mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi,
ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah
bayang-bayang kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara
penuh, dan raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India
berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada
tahun 1879, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899,
Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah
penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan
negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini lebih lemah
dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh
bangsa Eropa.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung
Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah
Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan
antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali
berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya
akan rempah-rempah.
Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol
berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam,
seperti Kesultanan Maguindanao, Buayan dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke-16 M,
giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis, datang ke Asia Tenggara. Namun,
Perancis dan Denmark tidak berhasil menguasai negeri di Asia Tenggara dan hanya
datang untuk berdagang. Kekuasaan politik negara-negara Eropa di negara-negara
Asia berlanjut terus hingga pertengahan abad ke-20.
KEMUNDURAN KERAJAAN USMANI DAN EKSPANSI BARAT KE
TIMUR TENGAH
Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri perang membuat
kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi nama
besar Turki Usmani masih membuat Eropa segan untuk menyerang atau menguasai
wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam. Namun kekalahan
besar Turki Usmani dalam peperangan di Wina pada tahun 1683 M, membuka mata
Barat bahwa Turki Usmani telah benar-benar mengalami kemunduran jauh sekali.
Sejak kekalahan dalam peperangan Wina itu, kerajaan Turki Usmani menyadari
akan kemundurannya dan kemajuan Barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai
dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke negara Eropa, terutama Perancis,
untuk mempelajari kemajuan mereka dari dekat. Pada tahun 1720 M, Celebi Muhamad
diutus ke Paris dan diinstruksikan untuk mengunjungi pabrik-parbik,
benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi lainnya. Ia kemudian memberi
laporan tentang kemajuan teknik, organisasi angkatan perang modern, dan
kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan-laporan tersebut mendorong
Sultan Ahmad III (1703 – 1730 M) untuk memulai pembaharuan. Untuk tujuan itu,
didatangkanlah ahli-ahli militer Eropa, salah satunya adalah De Rochefort, Pada
tahun 1717, ia datang ke Istambul dalam rangka membentuk korps artileri dan melatih
tentara Usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern.
Usaha pembaruan yang dilakukan tidak terbatas pada bidang milliter. Dalam
bidang-bidang lain pembaharuan juga dilaksanakan, seperti pembukaan percetakan
di Istanbul pada tahun 1737 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan.
Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Turki,
sebagaimana telah dilakukan oleh para penguasa Abbasiyah ketika menerjemahkan
buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab.
Meskipun demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan
kemunduran Turki Usmani, tetapi juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan
tersebut karena kelemahan raja-raja Turki Usmani karena wewenangnya sudah
menurun. Di samping itu, keuangan negara yang terus mengalami kebangkrutan,
tidak mampu menunjang usaha pembaharuan. Faktor terpenting yang menyebabkan
kegagalan usaha pembaharuan adalah karena ulama dan tentara Yenissari yang
sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik kerajaan Turki Usmani menolak
pembaharuan.
Usaha pembaruan Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah Sultan Mahmud
II membubarkan tentara Yenissari pada tahun 1826 M. Struktur kerajaan dirombak,
lembaga-lembaga pendidikan moderen didirikan, buku-buku Barat diterjemahkan,
siswa berbakat dikirim belajar ke Eropa, dan sekolah-sekolah kemiliteran
didirikan. Akan tetapi, meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil yang
diperoleh dari gerakan pembaharuan tetap tidak berhasil menghentikan gerakan
Barat terhadap dunia Islam. Selama abad ke-18, Barat menyerang wilayah
kekuasaan Turki Usmani di Eropa Timur. Akhir dari serangan itu adalah
ditandatanganinya Perjanjian San Stefano (Maret 1878 M) dan perjanjian Berlin
(Juli 1878 M), antara kerajaan Turki Usmani dengan Rusia.
Ketika perang dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan Jerman yang
kemudian mengalami kekalahan. Akibat dari peristiwa itu kekuasaan kerajaan
Turki semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan memberontak kepada Sultan
dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian membentuk Turki modern.
Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah kekuasaan Turki Usmani di Asia
dan Afrika melepaskan diri dari Konstantinopel. Hal ini disebabkan timbulnya
nasionalisme pada bangsa-bangsa yang ada di bawah kekuasaan Turki. Bangsa
Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling ke Barat, memohon bantuan
Barat untuk kemerdekaan tanah airnya, bangsa Kurdi di pegunugan dan Arab di
padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk melepaskan diri dari
cengkeraman penguasa Turki Usmani.
BANGKITNYA NASIONALISME DI DUNIA ISLAM
Sebagaimana
telah disebutkan di atas, benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa
telah menyadarkan umat Islam bahwa, mereka memang jauh tertinggal dari Eropa.
Hal ini dirasakan dan disadari pertama kali oleh Turki, karena kerajaan inilah
yang pertama dan utama dalam usaha menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu
memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banya belajar dari Eropa.
Usaha untuk
memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya didorong oleh dua faktor, yakni
pertama: permurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai
penyebab kemunduran Islam, seperti gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh
Muhammad bin Abd al-Wahhab di Saudi Arabia, Syah Waliyullah di India dan
gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari
Aljazair. Kedua: Menimba gagasan-gagasan pembaruan dan ilmu pengetahuan dari
Barat. Hal ini tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa
Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan
dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa
mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan
pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki dunia politik, karena Islam memang
tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul
adalah gagasan Pan-Islamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) yang pada awalnya
didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiayah. Namun, gagasan ini baru
disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin
al-Afghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan
dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan dirinya untuk
memperingatkan dunia Islam akan hal tersebut dan melakukan usaha-usaha untuk
pertahanan. Umat Islam, menurutnya, harus meninggalkan
perselisihan-perselisihan dan berjuang di bawah panji bersama. Ia juga berusaha
membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri Islam. Karena itu,
al-Afghani dikenal sebagai Bapak Nasionalisme dalam Islam.
Semangat
Pan-Islamisme yang bergelora itu mendorong Sultan Hamid II, untuk mengundang
al-Afghani ke Istanbul. Gagasan ini dengan cepat mendapat sambutan hangat dari
negeri-negeri Islam. Akan tetapi, semangat demokrasi al-Afghani tersebut
menjadi duri bagi kekuasaan sultan, sehingga al-Afghani tidak diizinkan berbuat
banyak di Istanbul. Setelah itu, gagasan Pan-Islamisme dengan cepat redup,
terutama setelah Turki Usmani bersama sekutunya Jerman, kalah dalam Perang
Dunia I dan kekhalifahan dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru
mendukung nasionalisme, rasa kesetiaan kepada negara kebangsaan.
Gagasan
nasionalisme yang berasal dari Barat tersebut masuk ke negeri-negeri Islam
melalui persentuhan umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat
oleh banyaknya pelajar Islam yang menuntut ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga
pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka. Gagasan kebangsaan ini pada
mulanya banyak mendapat tantangan dari pemuka-pemuka Islam, karena dipandang
tidak sejalan dengan semangat uóuwaú al-Islamiyaú. Akan tetapi, gagasan ini
berkembang dengan cepat setalah gagasan Pan-Islamisme redup.
Di Mesir,
benih-benih nasionalisme tumbuh sejak masa al-Tahtawi dan Jamludin al-Afghani.
Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan gagasan ini adalah Ahmad Urabi
Pasha. Gagasan tersebut menyebar dan mendapat sambutan hangat, sehingga
nasionalisme tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Hal itu terjadi di
Mesir, Syiria, libanon, Palestina, Irak, Bahrain, dan Kuwait. Semangat
persatuan Arab tersebut diperkuat pula oleh usaha barat untuk mendirikan negara
Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab.
Di India,
sebagaimana di Turki dan Mesir, gagasan Pan-Islamisme yang dikenal dengan
gerakan óilafaú juga mendapat pengikut. Syed Amir Ali adalah salah seorang
pelopornya. Namun, gerakan ini pudar setelah usaha menghidupkan kembali
khilafah yang dihapuskan Mustafa Kemal tidak memungkinkan lagi. Yang populer
adalah gerakan nasionalisme, yang diwakili oleh Partai Kongres Nasional India.
Akan tetapi, gagasan nasionalisme itu segera pula ditinggalkan sebagian besar
tokoh-tokoh Islam, karena kaum muslim yang minoritas tertekan oleh kelompok
Hindu yang mayoritas.
Persatuan
antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam sulit diwujudkan. Oleh karena itu,
umat Islam di anak benua India tidak lagi semangat menganut nasionalisme,
tetapi Islamisme, yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama komunalisme.
Gagasan Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga Muslimin yang merupakan saingan
bagi Partai Kongres Nasional. Benih-benih gagasan Islamisme tersebut sebenarnya
sudah ada sebelum Liga Muslimin berdiri, yang disuarakan oleh Sayyid Ahmad
Khan, kemudian mengkristal pada masa Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah.
KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM DARI PENJAJAHAN BARAT
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai
politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan
negara merdeka. Dalam kenyataannya, partai-partai itulah yang berjuang melepaskan
diri dari kekuasaan penjajah. Perjuangan tersebut terwujud dalam beberapa
bentuk kegiatan antara lain:
Gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata.
Pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut
dan mengisi kemerdekaan.
Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali memproklamasikan
kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia
merdeka dari pendudukan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh Sekutu. Disusul
oleh Pakistan tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya
di India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk India dan satunya untuk
Pakistan.
Tahun 1922, Timur Tengah (Mesir) memperoleh kemerdekaan dari Inggris, namun
pada tanggal 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya benar-benar merdeka. Pada
tahun 1951 di Afrika, tepatnya Lybia merdeka, Sudan dan Maroko tahun 1956,
Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri dari Prancis. Dalam waktu yang hampir bersamaan,
Yaman Utara, Yaman selatan dan Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula. Di
Asia tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan
dari Inggris tahun 1957, dan Brunai Darussalam tahun 1984 M.
Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari penjajahan.
Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan pada tahun-tahun
terakhir, seperti negera Islam yang dulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu
Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan dan Azerbaijan pada
tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada tahun 1992 (Yatim,
2003:187-189).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN/IKHTISAR
Perang
Salib merupakan awal penetrasi Barat terhadap dunia Islam yang selanjutnya
membawa kaum muslimin berada dalam jajahan negara-negara Barat. Karena mulai
dari Perang Salib I inilah kaum muslimin banyak mengalami kerugian, baik
kerugian yang bersifat material seperti banyaknya wilayah Islam yang direbut
Barat, diduduki dan dikuasai, juga kerugian non material yang berupa mulai
hilangnya peradaban Islam dan mulai masuknya peradaban-peradaban Barat.
Penjajahan
Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang
hal-hal berikut :
Mercenary
yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.
Missionary
yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.
Military
yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal
diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan
politik. Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa
penyerangan, penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke
negara-negara Barat. Juga
berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan
Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan
peradaban Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi baru, maupun
peradaban mental. Penjajahan
Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk
memurnikan agama Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan
pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.
SARAN-SARAN
Demikianlah uraian singkat makalah tentang Dunia Islam pada masa penjajahan
Barat. Tulisan ini masih sangat terbatas dan memerlukan tambahan guna memperluas
wawasan kita. Hal ini sebagai upaya mengenalkan warisan kebudayaan Islam,
sehingga generasi penerus kita mampu mengambil 'ibrah dari peristiwa yang telah
terjadi di masa lalu, agar nantinya mereka dapat mencontoh dan mengambil apa
yang seharusnya mereka pegangi dan tidak megulangi lagi kesalahan-kesalahan
yang diperbuat oleh para tokoh-tokoh Islam terdahulu.
Oleh karena itu JASS MERAH (Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah) karena
sejarah adalah sumber hukum dan pijakan dalam memperjuangkan Agama Islam di
Belahan dunia. Go fight Islam!
DAFTAR PUSTAKA
- Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998.
- Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1991.
- http://noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/penjajahan-barat-terhadap-dunia-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar